Thursday, February 12, 2009

Botchan (Natsume Soseki) bag.2

-----bag.1-----

Apa yang akan dilakukan Botchan yang "lurus" dan blak-blakan saat menghadapi dunia yang bengkok dan penuh tipu daya? Yang jelas, selanjutnya dia larut dalam dilema. Yang manakah yang harus dipercayainya, Akashatsu atau Yamaarashi?

Sebenarnya, kesan pertama Botchan akan mereka berdua gak terlalu bagus. Akashatsu menurutnya lebay dan sok, apalagi pasca insiden ramen-dango, dia mengisyaratkan bahwa makan di warung tidak sesuai dengan harkat dan martabat seorang guru. Di sisi lain, Yamaarashi bagi Botchan adalah orang yang gak tau sopan santun, meskipun poinnya langsung naik di mata Botchan saat Yamaarashi membantunya mencari tempat tinggal, apalagi dia juga disukai oleh murid-murid. Logikanya, gak mungkin orang yang payah begitu populer di mata anak-anak kan?!

Gara-gara cerita Akashatsu, Botchan pun jadi curiga pada Yamaarashi yang dianggapnya bersikap "lain di mulut, lain di hati". Yamaarashi pun bersikap dingin pada Botchan karena menurut induk semangnya Botchan bersikap gak sopan selama bermukim di tempat mereka (padahal si induk semanglah yang bersikap gak pantas; masa dia mencoba menjual lukisan palsu kepada Botchan, hanya saja tawaran ini selalu ditolak mentah-mentah karena Botchan sama sekali gak berminat dengan lukisan dan yang semacamnya).

Namun demikian, berbagai peristiwa yang terjadi setelahnya membuat Botchan bertanya-tanya? Apakah benar Yamaarashi adalah si orang jahat? Jangan-jangan justru Akashatsu-lah si musuh dalam selimut yang sebenarnya. Butuh waktu beberapa lama sampai akhirnya Botchan menyadari siapa penjahat sebenarnya. Tekadnya untuk membuka kedok si orang jahat didorong oleh fakta bahwa bukan dirinya sajalah yang jadi korban kelicikan orang itu, apalagi setelah dia difitnah sebagai dalang tawuran antarpelajar.

Biasanya, kisah kebaikan vs kejahatan diakhiri dengan terbongkarnya kedok sang penjahat, semua orang tahu siapa dia sebenarnya, si penjahat diberi hukuman, dan orang-orang baik hidup bahagia selamanya. Dalam Botchan, si serigala berbulu domba memang tertangkap basah berbuat nggak bener. Tapi, kejelekannya tetap tak diungkapkan secara terbuka (meskipun sebenernya penduduk kota itu udah tau kalo si "jahat" teh jahat). Akhirnya justru Botchan-lah yang memutuskan untuk pergi dan kembali ke Tokyo karena dia udah gak sudi lagi tinggal di tempat seperti itu.

Intinya, mendefinisikan "baik" dan "jahat" di dunia nyata memang gak mudah. Tapi, jika terjadi sesuatu yang mengusik nurani kita, apakah kita akan membiarkan diri terbawa arus atau berpegang teguh pada apa yang kita yakini? Menurut Soseki, jawabannya jelas yang kedua. Bagaimana dengan Anda?

-----trivia-----

0 comments:

Post a Comment