Tuesday, October 23, 2007

Ternyata Dumbledore Itu……

Awalnya, kupikir kabar itu cuma gosip. Maklumlah, udah sering kejadian kan, spekulasi seputar kisah Harry Potter disangka “beneran” (baca: fakta resmi yang dilansir oleh J. K. Rowling). Contoh paling dahsyat adalah hubungan saudara antara Lily Potter dan Severus Snape (!) yang sempat dipercaya banyak orang pasca terbitnya Harry Potter and the Order of the Phoenix. Berhubung kali ini sang penyampai pesan tampak amat yakin dengan kebenaran berita yang dibawanya, aku memutuskan untuk browsing. Dan akhirnya, aku nemuin artikel ini di laman Time:

http://www.time.com/time/arts/article/0,8599,1674069,00.html?imw=Y

Reaksi pertamaku adalah berteriak. Kemudian ketawa terbahak-bahak. Habis, rincian macam itu kan biasanya kerjaan para penulis fanfiction (Para penulis fanfiction, jangan tersinggung, ya! Sebagai pecandu fanfiction, aku mengagumi karya-karya kalian, kok. Jadi, jangan salah sangka dan mengganggap bahwa kalimat di atas merupakan suatu penghinaan--karena sama sekali bukan!)

Aku yakin, hal ini pasti akan menyinggung banyak orang. Yang terburuk, bahkan memicu pemboikotan segala (seperti waktu HP dituduh menyebarkan “sihir” dan “ajaran sesat”). Tapi, gak usah terlalu dipikirin deh. Toh gak ada apapun dalam bukunya sendiri yang mengindikasikan hal itu. Jadi, gak usah khawatir bahwa anak-anak akan “kepengaruh”. Lagian, kalo gak ada penggemar yang nanya, sepertinya Rowling gak bakal mengungkapkan fakta tersebut. Sama seperti dia gak akan mengungkapkan apa yang dilihat Dumbledore di Cermin Tarsah/The Mirror of Erised (jawab: keluarganya) ato apa kerjaan Ginny setelah lulus dari Hogwarts (jawab: pemain Quidditch di klub Holyhead Harpies).

Intinya mah, kalo gak suka, ketawa aja. Hahahahahaha!

Catatan: Bagi yang belum tau, Ibu Listiana Srisanti--penerjemah HP edisi Indonesia sekarang sedang sakit. Kanker. Kabarnya udah stadium empat. Jadi, mohon maklum kalo Harry Potter and the Deathly Hallows edisi Indonesia ntar bakal agak lama terbitnya. Dan doakan saja semoga Ibu Listiana segera membaik.

Sunday, October 14, 2007

Hal-hal yang Menyenangkan Bulan Ini

  • English Premier League bisa ditonton di Lativi (asyik!)
  • Radiohead ngeluarin album baru (hore!)
  • xxxHOLiC rencananya bakal diterbitin minggu ketiga Oktober (akhirnya!)
  • Jaringan telepon rumah udah lancar lagi (syukurlah!)
dan tentu saja
  • Idul Fitri (alhamdulillah!)

“Hal yang buruk ada untuk diperbaiki, hal yang baik ada untuk disyukuri”

Raja Jalanan

Sopir angkot identik dengan cara mengemudi yang ugal-ugalan. Hasrat untuk mengejar setoran mungkin memicu sebagian sopir angkot untuk ngebut dan melanggar rambu lalu. Entah anggapan ini benar atau tidak, tapi kalo emang benar, menurutku sih sopir angkot gak ada apa-apanya dibandingin dengan para pengemudi motor.

Kira-kira sejak lima tahun lalu, jumlah motor semakin bertambah. Booming motor Cina yang murah serta fasilitas kredit motor yang cepat dan mudah menarik minat banyak orang untuk membeli kendaraan beroda dua ini. Apalagi, naik motor pribadi jauh lebih murah dan dapat diandalkan (baca: cepat karena bisa nyelip) daripada ngangkot.

Masalahnya, gak semua pengemudi motor layak dapet SIM. Idealnya, seseorang diberi SIM bukan cuma karena ia mampu mengemudi, tapi juga karena ia layak mengendalikan kendaraan bermotor. Orang yang kecanduan narkotik atau mengalami gangguan emosional, misalnya, tidak layak diberi SIM karena ada potensi membahayakan orang lain saat mengemudi. Padahal, tau kan gimana kenyataannya di sini--siapapun bisa dapet SIM, asal bayar.

Kalo mau jujur, berapa sih pemegang SIM di Indonesia yang pernah menjalani tes mengemudi? Makanya, jangan heran kalo banyak maniak di balik kemudi. Pengemudi tanpa etika yang gak sungkan-sungkan parkir di mana aja, salip kanan-kiri, dan--yang lebih berbahaya--hobi ngebut. Dalam kasus pengendara mobil, mereka “dibatasi” oleh ukuran kendaraan (mobil) yang relatif besar. Kalo gak mau diomelin ama pengguna jalan yang lain, dia kudu mikir beberapa kali dulu sebelum bertingkah seenaknya. Sebaliknya, pengendara motor jauh lebih ugal-ugalan; mentang-mentang kendaraannya kecil.

Saat ini, menyeberang jalan bisa merupakan ritual yang mengerikan karena pengendara motor biasanya ngebut terus, gak mau ngasih kesempatan bagi pejalan kaki. Padahal nyeberangnya di zebra cross loh, gak sembarangan.

Pengemudi mobil juga harus hati-hati sekali kalo mau menepi. Soalnya, motor sering mendahului mereka--sambil ngebut--dari kiri. Padahal, anak SD aja tau kalo nyalip tuh harusnya dari kanan, bukan kiri. Peraturan lalu lintas dasar, tuh.

Kalo mau dirunut semuanya, “dosa-dosa” pengendara motor di jalan raya gak bakal ada habis-habisnya deh.

Pengendara motor, dalam arti sebenarnya, adalah raja jalanan. Raja yang semena-mena, sayangnya, karena pengguna jalan yang lain jadi sengsara gara-gara mereka.