Wednesday, November 28, 2007

Bukan Sekedar Kata

Musik itu bahasa universal. Gak perlu ngerti lirik, cukup nikmati aja alunan nadanya. Tapi, berhubung aku lebih suka menyenandungkan kata-kata daripada sekedar ber-“lalala” atau ber-“mmmm”, biasanya aku selalu mencari tahu lirik lagu yang kusuka.

Berhubung lirik lagu-lagu dalam In Rainbows belum ada di internet waktu aku nge-download (ehm, mengunduh) album itu Oktober lalu (ya iya lah, albumnya juga baru dirilis), aku harus puas menikmati semua lagu tanpa memahami nyaris sepatah kata pun yang dinyanyikan. Gak ngaruh sih sebenernya; menangkap kata-kata yang diucapkan gak ngejamin bahwa kita bakal ngerti apa maksud mereka (atau dalam hal ini, maksud Thom Yorke, sang penulis lirik), hehehe :D.

Tapi, setelah aku akhirnya ngedapetin lirik In Rainbows dan ngedengerin album itu sambil menyimak kata-katanya, aku malah ngerasa gak menikmatinya. Setiap selesai satu bait, aku seakan-akan cuma menunggu musik berlalu sampai bait berikutnya dinyanyikan. Persis seperti sekilas bait dalam “Jigsaw Falling into Place”: What’s the point of instruments/Words are a sawed off shotgun.

Ternyata masalahnya, pada saat ngedengerin lagu yang ada vokalnya, aku jadi terlalu fokus ama suara manusia dalam lagu itu. Mungkin karena aku terlalu antroposentris, kali ya?! Padahal, vokal hanyalah satu bagian kecil yang menyusun suatu lagu. Ibaratnya, kalo ngeliat lukisan pemandangan, mana mungkin kita bisa ngeliat gimana bagusnya lukisan itu sesungguhnya kalo kita cuma memusatkan pandangan pada gambar gunung, tanpa memperhatikan obyek-obyek lain yang terlukis di dalamnya seperti langit yang biru, sawah, pepohonan, dll? Musik juga sama.

Akhirnya, kunyalain MP3 player-ku, masang earphone, memejamkan mata, dan memasang kuping baik-baik. Piano dan bas di speaker kiri, drum dan sampler di speaker kanan, vokal mengalun di tengah bunyi lainnya. Dan In Rainbows pun kembali terdengar seindah dulu. Serius!