Friday, April 04, 2008

Di Balik Mimpi

Program yang lagi “hangat-hangatnya” di TV akhir-akhir ini adalah reality show. Tepatnya reality show artis-artisan yang memberi kesempatan bagi orang-orang biasa dan tidak biasa serta orang dewasa maupun anak-anak untuk menjajal kemampuan mereka sebagai penyanyi. Berbagai reality show tersebut juga punya banyak penonton setia dan gak pernah kekurangan pemasang iklan.

Karena keuntungan besar yang dihasilkan stasiun-stasiun TV dari reality show, pantas saja mereka gak ambil pusing dengan cercaan berbagai pihak karena dianggap menjual mimpi-mimpi kosong. Sudah banyak kisah tragis yang para “pemenang” ajang seperti ini, mulai dari terjerat hutang demi mengkatrol perolehan SMS ato hidup terlunta-lunta karena gak dapet order nyanyi rutin, sementara yang bersangkutan malu pulang kampung karena telanjur dianggap udah sukses di kota sebagai artis. Tapi toh masih banyak yang rela mengorbankan waktu, tenaga, serta uang untuk berpartisipasi dalam ajang tersebut.

Mungkin tindakan orang-orang ini sekilas terlihat konyol--untuk apa menggantungkan harapan setinggi langit pada acara TV yang sekedar menebar janji di kala kita bisa bekerja keras di dunia nyata untuk mewujudkan impian kita? Sayangnya di Indonesia, dengan kondisi negeri kita yang serba terpuruk saat ini, tak banyak orang yang bisa meraih cita-citanya, hidup nyaman dan serba berkecukupan, kendati mereka sudah bekerja keras seumur hidup. Bagi para partisipan acara-acara tersebut, pilihan mereka seringkali hanya dua: hidup pas-pasan seumur hidup ato mencoba peruntungan dalam ajang reality show yang menjanjikan uang serta ketenaran--janji yang tak ada di dunia nyata. Jawabannya sudah jelas ‘kan?

Jadi, selama pemerintah belum bisa membenahi perekonomian negara ini dan memberikan kesempatan bagi mayoritas masyarakat untuk memperoleh penghidupan yang layak, reality show artis-artisan gak akan pernah mati dan bakal terus “menipu” orang-orang dengan pesonanya, paling enggak sampai masyarakat bosen.