Saturday, July 12, 2008

Hikayat Kompor Mleduk

Salah satu penyebab umum kenapa pengguna minyak tanah enggan beralih ke gas, selain harganya yang relatif mahal karena gak bisa beli eceran, adalah kengerian. Ngeri kalo-kalo kompornya meledak kayak berita di TV, yang konon selain disebabkan oleh kelalaian pengguna juga akibat ketidaklaikan alat (kompor/karet segel/selang). Nah, ngomong-ngomong soal ini, aku punya cerita menarik.

Cerita ini bermula saat Papa punya ide cemerlang (tapi tidak orisinal) untuk membeli tabung gas isi 3 kg. Alasannya murni karena pertimbangan ekonomi. Kita andaikan saja bahwa Elpiji 12 kg berharga 70 ribu, sedangkan yang 3 kg harganya 13 ribu (tentu saja, harga yang disebutkan di sini adalah harga pasar, bukan harga yang ditetapkan pemerintah). Berarti, 4 tabung Elpiji isi 3 kg (12 kg) sama dengan 52 ribu, lebih murah daripada tabun 12 kg! Jadi, dengan penuh permohonan maaf (dariku kepada target konversi gas), Papa akhirnya pergi ke Astana Anyar buat beli tabung gas 3 kg. Awalnya sih semua tampak baik-baik aja. Selang dipasang, kenop diputar, pemanas disulut, nyala deh tuh kompor--yang sudah dihubungkan dengan tabung Elpiji 3 kg. Namun, setelah beberapa lama, aku mencium bau aneh. Bau gas bocor yang menusuk! Ternyata, kompor tersebut mati! Ya udah, dinyalain aja lagi. Tapi, apa lacur, ternyata nyala kompor itu sekarang jadi aneh: membesar-mengecil-membesar-mengecil. Dan ada suara: bet-bet-bet, gitu deh. Tak salah lagi, ternyata kami telah membeli gas kentut!

Buat yang gak tau gas kentut, sekedar informasi (meskipun aku ragu ada yang gak tau apa gak kentut itu), ini adalah sebutan yang diberikan untuk tabung Elpiji yang sejumlah isinya telah dikeluarkan dan diganti dengan gas lain. Gas hasil pengumpulan tersebut dikumpulkan, dimasukin ke tabung, dan kemudian dijual. Kalo asalnya pengoplos (kita sebut saja pengoplos) cuma punya 10 tabung, maka kini dia memiliki 11 tabung. Untung bukan?! Benar-benar tipikal pemikiran pedagang rakus. Meskipun cara ini cukup kreatif, tentu saja konsumen dirugikan karena gas tambahan tersebut tak bisa terbakar. Jadi, mo disulut sampe lebaran monyet pun insyaAllah gak bakal nyala. Kenapa disebut gas kentut? Sebab, tabung Elpiji berisi gas asing ini akan menyebabkan kompor lambat menyala, setelah sebelumnya terdengar bunyi bret-bret-bret, kayak orang kentut.

Kembali ke kisah semula. Setelah sekian lama frustasi karena kentutnya gak beres-beres juga (sehingga si kompor nyala-mati-nyala-mati berkali-kali kayak listrik PLN), akhirnya semua gas asing itu pun keluar dan kompor kami pun bisa menyala dengan lancar tanpa gangguan (bilamana semi-omelan Papa "Wah, penjualnya untung berapa? Gas kentutnya berapa banyak?" yang berulang-ulang tidak dikategorikan sebagai "gangguan").Lalu, apa hubungannya semua ini dengan kompor mleduk? Kompor kami baik-baik saja, syukurlah.

Namun, bisakah kalian bayangkan apa yang mungkin terjadi jika peristiwa serupa terjadi di rumah sempit, dalam dapur yang ukurannya jauh lebih sempit lagi dan tanpa ventilasi? Kompor yang dihubungkan dengan Elpiji kentut mati tanpa disadari pemiliknya. Selama itu, tidak hanya gas kentut saja yang keluar dari selang, namun juga Elpiji. Kejadian ini berulang beberapa kali. Elpiji pun keluyuran ke ruangan. Karena gak ada ventilasi, si Elpiji gak bisa melayang ke dunia luar. Dia pun terus terkurung di situ, sampai si pemilik memutuskan untuk menyalakan kompor lagi. Dia menyalakan korek api dan kemudian, DUAR! Elpiji dalam ruangan tersebut tersulut, terbakar, dan akhirnya menimbulkan ledakan yang menghancurkan dapur, rumah, bahkan rumah tetangga.

Semuanya itu gara-gara ada orang yang pingin untung tanpa memedulikan kerugian yang bakal mereka sebabkan terhadap orang lain. Singkat kata, gara-gara gas kentut, kompor bisa mleduk.

0 comments:

Post a Comment