Tuesday, March 13, 2007

Istighfar

Ampun deh! Udah berapa lama blog ini gak diisi? Dua bulan? Emang sih, kemaren-kemaren aku lagi lumayan “sibuk”--tapi itu harusnya gak jadi alasan kan?!

Hal yang dominan dalam dua bulan ini di Indonesia, gak lain dan gak bukan, adalah bencana. Banjir, longsor, kecelakaan transportasi darat-laut-udara, angin puting beliung, dll terjadi silih berganti. Rentetan kejadian itu memperpanjang daftar bencana di Indonesia yang diawali oleh tsunami tiga tahun lalu.

Wacana yang kemudian timbul di tengah masyarakat adalah seruan untuk bertaubat, beristighfar. Rakyat Indonesia udah terlalu lama terjerumus dalam kesesatan, korupsi dan maksiat merajalela di mana-mana. Gak aneh kalo Allah kemudian murka kepada kita sehingga akhirnya menimpakan azabnya di bumi Indonesia ini.

Terus terang aja, aku rada-rada sinis ama pernyataan macam itu. Jangan salah sangka loh, aku bukan seorang agnostik apalagi ateis yang gak percaya ama kemahabesaran Allah. Tapi, yang bener aja deh! Kalo patokannya perbuatan maksiat, jangan-jangan maksiat di Monte Carlo (biang judi) atau Amsterdam (prostitusi, pernikahan homoseksual, ganja yang dilegalkan) lebih parah daripada di sini. Namun, sampai sekarang gak kedengaran ada bencana apapun tuh, di Monako dan Belanda.

Apakah rangkaian bencana ini merupakan azab atau ujian, kita gak akan pernah tau. Yang jelas, manusia tuh gak lepas dari kesalahan. Kalo mau mohon ampun kepada Allah, harusnya sih tiap hari; bukannya nunggu sampe ada banyak bencana kayak sekarang. Lagian, sebagian besar bencana yang terjadi di Indonesia kan sebagian karena kesalahan kita sendiri.

Gimana mungkin gak ada banjir dan longsor, kalo kita suka buang sampah sembarangan dan nebangin pohon-pohon demi pembuatan bangunan mewah? Gimana mungkin gak ada kecelakaan yang bertubi-tubi kalo penyedia jasa transportasi hanya mementingkan pemasukan dari para penumpang tapi tidak mengalokasikan cukup dana untuk menjamin keselamatan mereka?

Bukan berarti kita gak perlu istighfar. Perlu, perlu banget malah! Tapi, taubat yang sesungguhnya gak cukup dengan hanya pakai baju putih, terus zikir rame-rame sampai mencucurkan air mata. Gak ada yang salah dengan melakukan hal itu, tapi kalo setelahnya gak ada perubahan perilaku sih sama aja b0hong. Bukankah keimanan itu perlu dibuktikan dengan perbuatan?

Mungkin rakyat jelata macam aku gak bisa berbuat banyak. Setidaknya, aku akan membuktikan bahwa aku bener-bener tunduk kepada Allah dengan tindakan-tindakan sederhana. Aku gak akan buang sampah sembarangan (kebersihan sebagian dari iman). Aku gak akan silau melihat orang kaya yang hartanya diperoleh lewat perbuatan curang (Allah aja hanya menilai manusia dari ketakwaannya). Moga-moga aja semua orang kepikiran untuk melakukan hal yang sama.

0 comments:

Post a Comment