Sunday, December 14, 2008

Radar

Di antara berbagai pertanyaan aneh yang membuatku kepikiran adalah: Gimana kaum homoseksual mengenali satu sama lain? Aku pernah denger kalo mereka mengenakan aksesoris khusus, seperti cincin di jari tertentu, ato anting di satu telinga. Tapi, jujur aja deh, kedengarannya norak, jadi aku gak terlalu percaya. Nah, kalo begitu, apa mereka punya semacam radar untuk mengenali sesamanya? Jawaban atas pertanyaan ini terjawab secara gak langsung waktu aku pergi ke Paris van Java akhir bulan lalu.

Aku dan adikku nonton dua film di Blitz Megaplex, dua film yang kebetulan berada dalam daftar INAFF (Indonesia International Fantastic Film Festival). Mayoritas film yang diputar dalam INAFF, yang dulunya bernama SCREAMFESTINDO, adalah film horor, tapi dua film yang kami tonton adalah animasi Jepang--Gedou Senki (Tales from Earthsea) dan Evangelion 1.0: You Are (Not) Alone (bagian pertama dari empat seri Rebuild of Evangelion). Dari film pilihan kami, orang tolol juga bisa langsung menduga bahwa aku dan adikku adalah, bisa dibilang, maniak per-Jepang-an. Dan memang benar. Aku bukan penggemar Evangelion dan awalnya aku berencana nonton film Thailand The 8th Day alih-alih Evangelion 1.0. Tapi, karena beberapa alasan, akhirnya aku mengurungkan niatku tersebut.

Pada hari H, dengan tiket di tangan (tentu saja kami sudah pesen tiket sebelumnya!), aku dan adikku datang ke Blitz dan tercengang melihat orang-orang yang mengantre. Antre buat masuk teater ya, bukan antre karcis. Tapi, yang lebih mencengangkan daripada antrean ini adalah para anggota antrean.

Tanpa bermaksud bersikap diskriminatif, terlihat jelas bahwa sebagian besar orang yang nonton di Blitz berasal dari kelas atas. Tau lah, tipe orang-orang yang gak ragu-ragu ngeluarin duit buat beli barang-barang bermerek dan nongkrong di kafe yang menjual air putih seharga 20 ribu. Intinya mah, orang kaya. Nah, para pengantre ini gak seperti itu. Oke, mungkin mereka anggota kelas menengah, tapi bukan orang-orang kaya yang bermobil ke mana-mana. Dengan kata lain, bukan tipe orang yang biasanya kita temui di Blitz. Mereka lebih mirip dengan anak-anak yang suka nongkrong di warnet (ato ComLabs ITB) buat mengunduh seri anime terbaru, duduk “manis” di depan komputer untuk ngirimin beribu-ribu pesan ke forum Rileks, nonton bareng OVA di basement HME-HMF, ato aku. Mereka itu setipe banget denganku deh--sesama maniak per-Jepang-an.

Acara nonton kami berlangsung dengan sukses dan aku bener-bener puas (tiba-tiba aja aku paham kenapa banyak orang yang menggemari Evangelion). Dan tentu saja, salah satu pertanyaan gak pentingku terjawab. Bagaimana kaum homoseksual mengenali sesamanya? Jawabannya sama seperti pertanyaan “Bagaimana para maniak per-Jepang-an/backpacker/tukang dugem/copet mengenali sesamanya?” Mungkin karena mereka (dan aku, dalam kasus “mengenali sesama maniak per-Jepang-an) memang punya radar internal.

0 comments:

Post a Comment