Tuesday, December 23, 2008

Terpengaruh (Lagi)

Agak susah bagiku buat terpengaruh oleh novel. Memang ada novel yang menyemangatiku untuk mengubah arah hidupku seperti The Alchemist, atau novel yang membuatku tertawa pahit seperti Animal Farm, atau yang membuatku menangis tersedu-sedu (serius!) seperti The Kite Runner. Tapi, gak ada yang bisa membuat nuraniku terusik dan gelisah berhari-hari. Kecuali novel Indonesia itu, yang ogah kubaca tapi akhirnya harus kubaca juga karena kudu diterjemahin. Novel-novel yang kubaca biasanya ber-setting di luar negeri, atau malah di dunia antah berantah, jadi sulit merasa terhubung--dalam jangka panjang--dengan situasi yang dipaparkan di dalamnya. Nah, karena novel yang satu ini mengambil tempat di Indonesia, mau tidak mau jadi sangat terpengaruh. Mudah melupakan penderitaan (yang mungkin dialami) orang-orang di belahan dunia lain, tapi ini kan di Indonesia, gimana aku bisa lupa--ato diem aja (meskipun akhirnya aku memang gak bisa ngapa-ngapain, dan itulah yang bikin aku gelisah).

Sialnya, meskipun untung juga sih, empat proyek terakhir yang kukerjain adalah karya nonfiksi. Untung, karena biasanya kata-kata yang dipakai gak terlalu berbunga-bunga sehingga nerjemahinnya gak ribet. Sial, karena tiga di antaranya mengemukakan topik yang sama sekali tidak menyenangkan. Walaupun ketiga perempuan ini tinggal di belahan bumi yang berbeda-beda dan mengalami penderitaan yang berbeda-beda pula bentuknya, pada intinya mereka semua sama: perempuan teraniaya.

Yang satu korban poligami dan teror psikologis dalam rumah tangga dan menjadi saksi kengerian fanatisme beragama (sebenernya fanatisme gak tepat, manipulasi agama mungkin lebih cocok). Yang kedua korban penganiayaan ayah kandungnya sendiri serta satu-satunya saksi saat ayahnya membunuh ibunya, kombinasi yang menghasilkan trauma psikologis panjang, terwujud dalam keinginan bunuh diri, selama bertahun-tahun. Yang satu lagi korban perdagangan perempuan. Bikin miris kan?

Sulit melupakan kisah mengenaskan bilamana itu nyata. Ini bukan cuma kejadian hipotetis, sekadar sesuatu yang mungkin memang dialami seseorang di suatu tempat--ada orang-orang sungguhan yang hidup di dalamnya.

Pokoknya, aku sangat terpengaruh sampai-sampai jadi depresi. Yah, mungkin gak depresi, tapi dihantui. Ngeri rasanya membayangkan bahwa ada orang yang hidupnya semengerikan itu di luar sana. Meskipun ada rasa syukur juga, karena keadaanku amat sangat lebih baik daripada mereka. Tapi, aku merasa putus asa karena gak bisa membantu orang-orang macam itu sama sekali. Akibatnya, aku pun gelisah berkepanjangan. Gak enak banget deh. Begitulah.

0 comments:

Post a Comment