Sunday, January 06, 2008

Merindukan Matahari

Aku ini pecinta hujan. Kalo disuruh milih “cerah” ato “hujan”, aku pasti milih “hujan”. Hujan itu adem, membersihkan, baunya harum. Hari yang cerah di Bandung mungkin oke-oke aja, tapi di kota yang suhu rata-ratanya lebih tinggi kayak Jakarta ato Surabaya, hari yang cerah tuh menambah kesumpekan, bikin keringat mengucur sepanjang hari; pokoknya gak nyaman deh.

Tapi, kalo matahari seakan gak nongol-nongol selama lima hari berturut-turut, siapa pun--termasuk seorang pecinta hujan--pasti bakal kangen. Begitulah cuaca Bandung selama beberapa hari ini, kalo gak mendung, ya hujan. Dapet sinar matahari “beneran” selama setengah jam dalam sehari, itu udah untung banget. Salah satu konsekuensi praktis dari kondisi ini adalah jemuran yang gak kering-kering (dan akhirnya berbau apek). Belum lagi hawa dingin yang terasa lebih menusuk daripada biasanya (kebayang gak sih, gimana rasanya berada di pengungsian pas lagi dingin-dinginnya kayak gini?).

Sebagai penduduk negeri tropis, aku sadar sesadar-sadarnya bahwa hanya ada dua pilihan. Hujan terus menerus ato panas berkepanjangan, masing-masing selama sekitar enam bulan. Begitu teorinya. Tapi, berhubung aku gak tau kapan bakal hujan dan kapan bakal panas, kadang mentalku belum siap dalam menyongsong perubahan cuaca yang, bisa dibilang, begitu tiba-tiba. Seperti sekarang (“Emang kapan musim kemarau selesai? Kok udah hujan lagi?”).

Makanya, siapa bilang cuma orang bule yang doyan berjemur?! AKU sekarang pingin berjemur di bawah sinar matahari. Soalnya dingin melulu sih!!!!!

0 comments:

Post a Comment