Sunday, August 16, 2009

The Open Society and Its Enemies (Karl Popper)

Ini sebenernya bukan ulasan. Siapa aku, kok berani-beraninya mengulas karya Profesor Karl Raimund Popper? Mungkin suatu saat nanti, tapi untuk saat ini otakku belum nyampe tuh. Di bawah ini, aku sekadar menyebutkan beberapa hal penting yang kutangkap dari The Open Society and Its Enemies, yaitu:

  • Kebijaksanaan sama artinya dengan kerendahan hati. Orang yang sungguh-sungguh berpengetahuan sadar sesadar-sadarnya bahwa pengetahuannya cuma seupil dan bahwa dia punya keterbatasan.
  • Berpikir kritis teh kudu.
  • Berpikir rasional bisa membantu kita menemukan kebenaran, tapi bukan berarti hanya yang rasionallah yang patut dianggap sebagai hal yang bernilai.
  • Jangan mudah terkesan oleh nama besar. Buah pemikiran para tokoh tetap harus dibaca secara kritis.
  • Demokrasi semestinya tidak dianggap sebagai sesuatu yang abstrak seperti "kedaulatan rakyat". Lebih pas jika demokrasi dipandang sebagai sistem penuh keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk melakukan kritik dan koreksi, sehingga sistem itu bisa terus diperbaiki (kontras dengan sistem pemerintahan yang totalitarian).
  • Kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah. Tapi, sejarah tidak boleh digunakan untuk meramal masa depan (karena ini mustahil, meskipun orang yang bilang "bisa" mengklaim bahwa metodenya ilmiah--mengkhayal tuh), apalagi dipakai sebagai pembenaran atas tindakan yang salah.
  • Mengembalikan tatanan lama atau menggagas revolusi tidak akan menjadikan kehidupan kita serta-merta lebih baik. Kita sendiri yang harus mewujudkan "kehidupan yang lebih baik" itu, walaupun hal ini memang berat dan butuh waktu lama.


Aku amat sangat merekomendasikan buku ini buat siapa pun (pas banget kalo pemuja Hegel dan Marx--yang jumlahnya di negeri ini kayaknya lumayan banyak--baca buku ini, meskipun barangkali ujung-ujungnya mereka bakal mencak-mencak). Ulasannya logis dan runtun, setiap argumen dikemukakan dengan terperinci disertai kontra argumennya (dan kontra argumennya lagi, sampai tak terbantahkan lagi deh; atau mungkin juga bisa, oleh orang yang lebih cerdas daripada aku tentunya)--bahkan orang awam sepertiku pun bisa memahaminya, kurang lebih.

0 comments:

Post a Comment